KOMITMEN ALAMTRI
AlamTri mendukung penuh komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), termasuk upaya untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal dengan berbagai upaya. AlamTri telah menghitung emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan operasionalnya (Cakupan 1 dan Cakupan 2) dan terus melaksanakan berbagai upaya pengurangan/sekuestrasi emisi GRK.
Pada tahun 2023, AlamTri berkomitmen untuk memiliki porsi pendapatan yang seimbang, dengan menghasilkan sekitar 50% total pendapatannya dari bisnis non batu bara termal. Saat ini Grup AlamTri menghasilkan porsi pendapatan yang lebih besar dari bisnis yang tidak terkait dengan batu bara termal, yang akan terus ditingkatkan melalui pengembangan bisnis di bidang-bidang yang mendukung ekosistem hijau Indonesia. Inisiatif-inisiatifnya meliputi pengembangan smelter aluminium, penjajakan peluang di berbagai produk mineral hijau, pengembangan bisnis energi baru terbarukan dan pengembangan pasar bagi batu bara metalurgi, yang merupakan material penting untuk produksi baja.
Sehubungan dengan komitmen AlamTri, serangkaian strategi dekabornisasi telah dipersiapkan sebagai berikut:
- Menyatakan dan melaksanakan kerangka strategi ESG.
- Menyusun penghitungan terperinci terhadap emisi GRK yang dihasilkan aktivitas operasional scope 1 dan scope 2.
- Memisahkan diri dari entitas bisnis pertambangan batu bara termal.
- Memanfaatkan bahan bakar rendah karbon (biodiesel), mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, dan menghasilkan energi terbarukan untuk mendukung aktivitas operasional.
- Mengkaji efektivitas penggunaan armada rendah karbon pada aktivitas operasional.
- Mempersiapkan diri untuk berpartisipasi pada perdagangan karbon dan carbon offsetting.
Melalui PT Alamtri Renewables Indonesia , AlamTri berencana mempercepat pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti tenaga surya dan hidro, guna mendukung sistem energi yang lebih bersih dan berdaya saing. Sementara itu, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (AMI) dan anak Perusahaannya tetap berfokus pada pertambangan dan pengolahan batu bara metalurgi, smelter aluminium, serta mineral lainnya yang menjadi elemen penting dalam transformasi industri berkelanjutan. Dengan visi jangka panjang, AlamTri menargetkan lebih dari 50% pendapatannya berasal dari bisnis non-batu bara termal pada 2030, menegaskan komitmennya terhadap ekonomi hijau dan keberlanjutan.
Kerangka Strategi ESG Adaro
Kerangka Strategi ESG AlamTri disusun untuk mengidentifikasi, menangani, dan mengelola risiko ESG melalui tiga komponen ESG: sosial, lingkungan dan tata kelola. Fokus dan prioritas untuk ketiga komponen tersebut didasarkan pada materialitas dan relevansinya terhadap bisnis. Kerangka Strategi ESG AlamTri juga mencakup “enablers”, atau aksi-aksi yang menjadi landasan dari roadmap, program dan inisiatif ESG AlamTri. Selaras dengan tren global saat ini, dari antara seluruh prioritas AlamTri, fokus utama diberikan kepada emisi GRK dan manajemen kinerja energi.
Peta Jalan Keberlanjutan
AlamTri telah menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan meluncurkan Peta Jalan Keberlanjutan yang sesuai dengan target pemerintah Indonesia. Peta jalan ini menjabarkan langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh AlamTri untuk mencapai tujuannya dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan. AlamTri juga mengembangkan peta jalan yang akan memberikan panduan yang jelas dan terukur mengenai langkah-langkah pencapaian target Perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Salah satu poin penting dalam Peta Jalan Keberlanjutan AlamTri adalah komitmennya untuk mencapai NZE pada tahun 2060 atau lebih awal, sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia yang disampaikan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) tahun 2022. Pencapaian target ini membutuhkan upaya yang luar biasa dari seluruh pihak di AlamTri.
Pelaksanaan peta jalan NZE di AlamTri meliputi tiga fase:
- Fase Persiapan (2022–2030)— meningkatkan manajemen emisi GRK, keunggulan operasional, dan penggunaan energi terbarukan.
- Fase Transisi (2030–2040) memanfaatkan teknologi pengurangan karbon yang efektif secara teknis maupun komersial.
- Fase “Responsible Carbon” (2040–2060 atau lebih awal) mencari peluang penyerapan karbon untuk mengatasi emisi yang tak dapat dihindari.
Upaya-Upaya Mitigasi AlamTri
- Memprakarsai penggunaan biodiesel (B5) dalam aktivitas operasional pada tahun 2013 (saat ini menggunakan biodiesel B35).
- Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan meningkatkan konsumsi energi terbarukan melalui elektrifikasi, co-firing, dan pengembangan solar PV untuk aktivitas operasional dan fasilitas infrastruktur.
- Melaksanakan proyek-proyek penyerapan karbon, rehabilitasi daerah aliran sungai, dan revegetasi untuk mendukung program-program pemerintah untuk lingkungan, dan membangun kebun energi.
- Melaksanakan program-program operational excellence dan manajemen energi.
AlamTri mulai mengkaji kelayakan penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi konsumsi biodiesel serta ketersediaan opsi-opsi teknologi untuk memastikan efektivitas upaya dekarbonisasi, misalnya teknologi untuk bahan bakar rendah karbon dan armada operasional rendah karbon. Lebih lanjut, AlamTri akan terus memantau dan mengikuti perkembangan teknologi dekarbonisasi sebagai bagian upaya untuk mencapai komitmen NZE-nya.